Friday, July 17, 2009

Jakarta blast in tvOne

Jakarta Blast in tvOne

Sunday, June 14, 2009

Checkpoint Charlie

Berlin sedang tidak bersahabat. Bulan Juni yang seharusnya menjadi milik musim panas, kini masih dikuasai dingin yang menggigit. Kehangatan matahari terlambat datang tahun ini.

Begitu pula sore itu. Ketika saya melintasi sisa-sisa tembok Berlin dan Checkpoint Charlie, hujan rintik membasahi jalanan. Angin kencang menyapu daun-daun, menabrak tubuh-tubuh yang berlalu lalang dan menerbangkan payung-payung. Tapi saya masih beruntung. Karena saya hanya merasakan dingin yang menggigit, bukan timah panas seperti yang dicicipi Peter Fechter 37 tahun lalu.

17 Agustus 1962, Peter Fechter dan Helmut Kulbeik bersembunyi di sebuah bengkel tukang kayu dekat Checkpoint Charlie. Ketika petugas lengah, mereka memanjat tembok Berlin setinggi dua meter yang bertahtakan kawat berduri. Kulbeik berhasil melompati tembok Berlin. Namun malang bagi Fechter, dia tertembak dan meregang nyawa selama hampir satu jam, hingga akhirnya meninggal dunia.

Fechter hanyalah seorang remaja berusia 18 tahun yang mencoba lari dari Jerman Timur ke Jerman Barat. Dia tercatat dalam sejarah karena menjadi orang pertama yang tewas di Checkpoint Charlie sejak tembok Berlin dibangun satu tahun sebelumnya.

Nazi Jerman yang memiliki impact luar biasa di Eropa memaksa Amerika Serikat dan Uni Soviet melupakan sejenak pertikaian. Bersama Perancis dan Inggris, mereka menjatuhkan kediktatoran Hitler dan Nazi. Setelah Jerman berhasil direbut, wilayah negara ini dibagi menjadi empat bagian oleh Uni Soviet, Inggris, Amerika Serikat dan Perancis.

Jerman Barat dikuasai oleh Inggris, Amerika Serikat dan Perancis. Sedangkan Jerman Timur oleh Uni Soviet. Antara tahun 1949 sampai tahun 1961 sudah lebih dari 2 juta penduduk Jerman Timur melarikan diri lewat Berlin. Hal ini membuat ekonomi Jerman Timur menjadi kedodoran karena orang-orang muda yang melarikan diri. Maka secara rahasia dan tiba-tiba, dibangunlah tembok Berlin.

Setelah tembok Berlin dibangun, ada tiga checkpoint untuk melintasi Jerman Barat dan Timur. Fungsi utama checkpoint adalah untuk mendaftarkan dan menginformasikan anggota militer Jerman Barat sebelum memasuki Jerman Timur. Pintu pertama adalah Checkpoint Alpha yang berada di Helmstedt, pintu kedua bernama Checkpoint Bravo berada di Dreilinden, dan pintu ketiga yang satu-satunya berada di Berlin ada di Friedrichstrasse (Jalan Friedrich). Pintu ketiga ini bernama Checkpoint Charlie.

Turis dan diplomat dari Jerman Barat diperkenankan memasuki Jerman Timur hanya melalui Checkpoint Charlie. Sedangkan orang Jerman Timur sama sekali tidak boleh melintasi perbatasan. Checkpoint Charlie menjadi lubang jarum yang harus dilewati warga Jerman Timur yang ingin penghidupan lebih baik di Barat. Di kemudian hari, tempat ini menjadi simbol perang dingin antara blok barat dan blok timur.

Dalam himpitan perang dingin, tentu saja rakyat yang paling merasa sengsara. Berbagai drama pelarian diri terjadi di sekitar tembok Berlin sekitar Checkpoint Charlie. Keluarga Wetzels dan Strlzycks sedikit demi sedikit mengumpulkan kain nylon. Kain itu kemudian dijahit untuk membuat balon udara. Setelah persiapan selesai, mereka terbang dengan balon udara untuk melewati perbatasan. Delapan orang anggota keluarga ini berhasil melintasi perbatasan dengan selamat.

Terowongan bawah tanah dibangun di atas pemakaman. Orang-orang berpura-pura berziarah dengan membawa karangan bunga. Mereka kemudian tiba-tiba menghilang dan tidak pernah terlihat lagi. Terowongan ini menghubungkan Jerman Barat dan Jerman Timur. Sebanyak 29 orang berhasil mencapai Jerman Barat dengan selamat melalui terowongan ini. Namun akhirnya keberadaan terowongan terbongkar karena seorang wanita terjatuh ke dalam terowongan dan meninggalkan bayinya di atasnya.

Berbagai aksi melintasi perbatasan itu kini dapat dikenang di Mauermuseum Haus Am Checkpoint Charlie atau Museum Tembok Berlin di Checkpoint Charlie.

Tahun ini rakyat Jerman merayakan 20 tahun runtuhnya tembok Berlin. Di Friedrichstrasse atau Jalan Friedrich, Checkpoint Charlie masih berdiri hingga saat ini. Namun kini tempat itu sudah berubah rupa demikian jauh. Tidak ada lagi kesuraman di Checkpoint Charlie. Kini, Friedrichstrasse menjadi bagian dari pusat kota Berlin dan tujuan utama wisata.

Hanya sekitar 200 meter dari Friedrichstrasse, kita bisa menemukan gedung Bundestag (parlemen Jerman) yang sungguh menggambarkan kejayaan Eropa sejak lampau. Jika dibandingkan dengan gedung DPR di Senayan, gedung Bundestag jauh lebih kecil. Namun gadung ini kaya akan pahatan tangan seniman Eropa masa lalu. Saya pikir, ciri khas ini hanya dapat ditemui di Eropa. Tidak ada pagar tinggi dan pemeriksaan ketat di Gedung Bundestag. Bahkan gedung ini tidak berpagar sama sekali.

Ok, dari Bundestag kita kembali menyusuri tembok Berlin dan Checkpoint Charlie. Hari ini memang bukan saat yang tepat untuk berjalan-jalan. Angin makin tidak bersahabat ketika saya meninggalkan Mauermuseum Haus Am Checkpoint Charlie. Dingin semakin menusuk tulang. Saya kemudian bergegas ke stasiun kereta bawah tanah untuk pulang dan mencari kehangatan. Auf Wiedersehen Checkpoint Charlie!

Sunday, May 31, 2009

Lamaran

Waktu berlari tanpa disadari. Ternyata sampai juga pada hari itu, Sabtu 9 Mei 2009. Pada hari ini, saya akan dilamar (ehm). Sama sekali tidak ada waktu untuk bersantai. Hingga hari Kamis, saya masih bekerja seperti biasa. Tapi untunglah saya libur pada Hari Jumat.

Pagi buta pada hari Jumat, saya sudah bangun di kosan. Lalu buru-buru mandi dan berangkat ke Kedutaan Jerman untuk mengurus Visa. Pukul 06.00 WIB saya sudah nangkring di atas busway, dan pukul 07.00 WIB sudah ada di Kedutaan Jerman. Sebenarnya urusan di Kedutaan Jerman ini tidak ada urusannya dengan pernikahan. Ini adalah masalah lain.

Untungnya staf konsuler di Kedutaan Jerman sangat tepat waktu dan kooperatif. Sehingga saya tidak perlu terlalu lama menghabiskan waktu disini. Lalu pukul 09.00 WIB saya sudah kembali ke kosan. Pukul 10.00 WIB saya sudah ada di RSCM untuk bertemu Tensi. Tensi adalah teman saya, yang saya minta untuk mengabadikan acara lamaran.

Pukul 11.00 WIB saya ada di kwitang, mau menukarkan uang Euro. Tapi belum beruntung, karena di Ayu Masagung tidak ada uang Euro. Lalu saya meluncur ke Senayan City, ke Dua Sisi. Dua Sisi adalah money changer langganan saya dan RJ. Tapi di Dua Sisi Senayan City juga tidak ada Euro. Mas-mas di Dua Sisi menyarankan saya untuk ke Dua Sisi Plaza Senayan. Akhirnya saya ke Dua Sisi Plaza Senayan, dan memang benar ada beberapa puluh Euro, lumayan!

Ketika pulang ke rumah, Mama, Papa, Papi, Mami, Mbak Ririn, Om Arif, Sasi, Tante Nining sudah menyiapkan semua perlengkapan lamaran. Thanx God I have them! Sorenya saya ke salon untuk luluran. Agh…felt like heaven!

Dan selesailah hari ini.

Hari H, saya bangun tidak terlalu pagi. Lalu mandi dengan santai. Pukul 15.00 WIB Mas Arry, periasku datang. Lalu langsung make over deh. Lalu pukul 16.00 WIB Tensi dan Yudha datang, dan langsung jeprat jepret.



Sekitar pukul 17.00 WIB saya selesai didandanin. Uhmmm…I like the make up very much. Meningkatkan kecantikan hingga 3 level hehehe.



Lalu, sudah tidak ada lagi yang dilakukan. Cuma ngobrol-ngobrol sama teman dan saudara-saudara yang datang. Hingga pukul 19.00 WIB, belum ada tanda RJ akan datang. Mama dan papa mulai resah. Saya lalu menelepon RJ, dan katanya baru berangkat dari rumah. Well, that’s always be a problem.

Akhirnya RJ dan keluarga baru datang pukul 20.00 WIB.



Awalnya suasana tegang, tapi untung Papi adalah MC yang kocak dan bisa mencairkan suasana. Akhirnya malah acara jadi santai sekali. Saya dan RJ sama sekali tidak deg-degan.

Acara cuma berlangsung sekitar 2 jam. Termasuk acara tantingan yang jayus itu.

Tantingan itu, kata papi adalah tradisi Jawa, dimana orang tua menanyakan kesiapan anaknya untuk menikah. Tapi sepertinya papa terlalu banyak bertanya pada saya.

Papa sampai bertanya:
“Dimana pertama kali bertemu Reza?”
“Kenapa mau menikah sama Reza?”

Hihihihi..I was so embarrassed. Tapi ya sudahlah, seumur hidup cuma sekali ini papa membuat saya malu. Lalu tanpa terasa acara selesai. Dan sekarang saya sudah memiliki tunangan.